tulisan

Minggu, 02 Juni 2013

Hubungan Interpersonal, Cinta dan Perkawinan

A.    Hubungan Interpersonal
Menurut Sternberg intimacy adalah komponen emosi dari cinta yang meliputi perasaan dengan orang lain, seperti perasaan hangat, sharing, dan kedekatan emosi serta mengandung pengertian sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Berdasarkan teori tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan intimasi adalah suatu hubungan timbal balik antar individu, yang terwujud dengan saling berbagi perasaan dan pikiran yang mendalam, saling membuka diri serta menerima dan menghargai satu sama lain.

1.      Model pertukaran sosial dan analisis transaksional
·      Model pertukaran sosial
Hubungan interpersonal diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Menurut model ini, hubungan antar pribadi yang tidak memuaskan merupakan sumber utama penyebab tingkah laku maladatif. Menurut teori pertukaran sosial manusia saling menjalin hubungan dengan tujuan memuaskan kebutuhan masing-masing. Setiap orang mengharapkan sesuatu dari suatu hubungannya dengan orang lain, sehingga antar pribadi tersebut pada dasarnya tidak berbeda dengan hubungan jual beli. Artinya dalam hubungan tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat negatif) serta hasil atau laba (ganjaran dikurangi biaya). Teori pertukaran sosial memprediksi perilaku kelompok dan individu berdasarkan penghargaan yang diterima dan biaya. 

·      Analisis transaksional
Tinjauan teoritik tentang analisis transaksional dikaitkan dengan suatu pendekatan yang mengaitkan interpsikis dengan interpersonal dan relasional. Pada intinya, makna analisis transaksional adalah untuk memperkaya kemampuan-kemampuan menghadapi (coping) dan mengatur (regulatory) situasi yang paling dalam pada interaksi kehidupan yang nyata. Kategori-kategori analisis transaksional salah satunya antara lain:  naskah, transaksi, keadaan ego, dan posisi kehidupan.

2.     Pembentukan kesan dan ketertarikan interpersonal dalam memulai hubungan
·      Pembentukan kesan
Melaui Evaluasi :
Kesan pertama. Menurut sears dkk (1992) aspek pertama yang paling penting dan kuat adalah evaluasi. Secara formal dimensi evaluatif merupakan dimensi terpenting diantara sejumlah dimensi dasar yang mengorganisasikan kesan gabungan tentang orang lain.
Kesan Menyeluruh. Untuk menjelaskan bagaimana orang mengevaluasi terhadap orang orang lain, dapat dilakukan dari “kesan yang diterima secara keseluruhan”.
Konsistensi. Individu cenderung membentuk karakteristik yang konsisten secara evaluatif terhadap individu lainnya, meski hanya memiliki sedikit informasi. Kita cenderung memandang orang lain secara konsisten dari kedalamannya.
Prasangka positif menurut sears adalah kecenderungan menilai orang lain secara positif sehingga mengalahkan evaluasi negatif.


·      ketertarikan interpersonal
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:
a.      Keakraban : pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang antara komunikan dan komunikator.
b.      Kontrol : kesepakatan antara kedua belah pihak yang melakukan komunikasi dan menentukan siapakah yang lebih dominan didalam komunikasi tersebut.
c.      Respon yang tepat : feedback atau umpan balik yang akan terima jangan sampai komunikator salah memberikan informasi sehingga komunikan tidak mampu memberikan feedback yang tepat.
d.      Nada emosional yang tepat : keserasian suasana emosi saat komunikasi sedang berlangsung.
Prinsip Dasar Daya Tarik  Interpersonal :
a.    Penguatan
Kita menyukai orang lain dengan cara memberi ganjaran sebagai penguatan dari tindakan atau sikap kita. Salah satu tipe ganjaran yang penting adalah persetujuan social.
b.    Pertukaran sosial
Pandangan ini menyatakan bahwa rasa suka kita kepada orang lain didasarkan pada penilaian kita terhadap kerugian dan keuntungan yang diberikan seseorang kepada kita. Teori ini menekankan bahwa kita membuat penilaian komparatif, menilai keuntungan yang kita peroleh dari seseorang dibandingkan dengan keuntungan yang kita peroleh dari orang lain.
c.    Asosiasi
Kita menjadi suka kepada orang yang diasosiasikan (dihubungkan) dengan pengalaman yang baik/bagus dan tidak suka kepada orang yang diasosiasikan dengan pengalaman buruk/jelek.

3.     Peran, konflik dan adequacy peran, serta autentisitas dalam hubungan peran
Model peran :
Menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya. Model peran juga dapat membantu menciptakan antusiame untuk kegiatan yang membutuhkan kecerdasan tertentu. Interaksi dengan orang-orang yang memiliki peran berdasarkan kelebihan dalam satu kecerdasan, mendengarkan kisah, dan pengalaman dapat memperluas wawasan.

Konflik peran :
ketidakserasian antara hak dan kewajiban, konflik peran muncul ketika seseorang menerima pesan yang tidak sama atau berbeda pendapat yang berkenaan dengan perilaku peran yang sesuai, konflik peran mungkin merupakan stressor bagi individu.

4.     Intimasi dan hubungan pribadi
Intimasi dapat dilakukan terhadap teman atau kekasih. Intimasi elemen emosional: keakraban, keinginan untuk mendekat, memahami kehangatan, menghargai, kepercayaan. Intimasi mengandung pengertian sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Dorongan ini menyebabkan individu bergaul lebih akrab, hangat, menghargai, menghormati, dan mempercayai pasangan yang dicintai, dibandingkan dengan orang yang tidak dicintai. Mengapa seseorang merasa intim dengan orang yang dicintai? Hal ini karena masing-masing individu merasa saling membutuhkan dan melengkapi antara satu dan yang lain dalam segala hal. Masing-masing merasa tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dan kehadiran pasangan hidup sisinya.  

5.     Intimasi dan pertumbuhan
Intimasi dapat dilakukan terhadap teman atau kekasih. Intimasi elemen emosional : keakraban, keinginan untuk mendekat, memahami kehangatan, menghargai, kepercayaan. Intimasi mengandung pengertian sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Dorongan ini menyebabkan individu bergaul lebih akrab, hangat, menghargai, menghormati, dan mempercayai pasangan yang dicintai, dibandingkan dengan orang yang tidak dicintai. Mengapa seseorang merasa intim dengan orang yang dicintai? Hal ini karena masing-masing individu merasa saling membutuhkan dan melengkapi antara satu dan yang lain dalam segala hal. Masing-masing merasa tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dan kehadiran pasangan hidup sisinya.  

B.     Cinta dan Perkawinan
1.      Bagaimana memilih pasangan ?
Dalam suatu diskusi akan tercapai keadaan dimana anda berdua sama tinggi, dimana satu sama lain adalah berdiskusi, tidak saling memerintahkan.
Reaksi emosi yang dimiliki pasangan adalah sama dalam menghadapi suatu kejadian atau peristiwa seperti kegembiraan, kesedihan, keterkejutan dan simpatik. Hal ini akan membuat anda berdua tidak memiliki ketimpangan emosi. Akan sangat lucu sekali ketika anda bersedih karena sesuatu sedangkan pasangan anda justru tertawa karena menganggapnya lucu. Jika hanya terjadi sesekali itu tidak masalah, namun jika sering dan terus terjadi maka bisa menimbulkan salah paham dan pertengkaran.
Memiliki pemahaman yang sama mengenai hubungan seperti keakraban, kebebasan, kebergantungan, pemberian dan pengorbanan. Pemahaman tentang hubungan yang sama dapat menggiringi anda dan pasangan untuk saling mengerti, ada di tahap mana anda berdua sedang berada. Ini tentu saja untuk menunjukkan betapa serius anda atau si dia menjalin hubungan. Selalu memupuk sifat yang disukai dalam diri dan memamerkannya pada pasangan.
Pasangan yang baik akan selalu memperbaiki diri untuk membuat pasangannya lebih baik dan lebih nyaman. Mereka yang mengasihi pasangan bukan karena tampang, harta dan keturunan. Namun pasangan yang mencintai anda dengan tulus karena anda. Begitu pula dengan anda, haruslah mencintai pasangan karena dia, bukan hal yang lainnya. Cari pasangan yang selalu membantu anda dalam mengukuhkan image diri anda dan mendukung semangat dan menyakinkan diri anda, begitu pula sebaliknya. Pasangan yang suka memuji dan memotivasi pasangannya dengan ikhlas dan tidak suka berbohong. Kejujuran adalah salah satu kunci besar dari hubungan yang harmonis dan menyenangkan. Kejujuran pula akan membuat hidup anda berdua menjadi lebih nyaman.

2.     Seluk beluk hubungan dalam perkawinan
Cobalah lihat pasangan sebagai cermin Anda dalam berperilaku. Dimulai dengan menanyakan pada diri sendiri, apakah selama ini, perlakuan pasangan terhadap Anda sudah dapat Anda terima? Jika belum, kontemplasikan hal ini. Siapa tahu sebenarnya penyebabnya adalah diri Anda sendiri. Misalnya seperti kisah Aqila dan Putra. Aqila merasa Putra tidak pernah menghargainya sebagai istri. Namun setelah dikontemplasikan, ternyata semua berawal dari perilaku Aqila yang sejak awalnya tidak menghargai dirinya sendiri. Dari awal ia tidak bereaksi jika Putra melecehkan dirinya. Ia hanya menyimpan rasa sakit hati tanpa berani mengungkapkannya. Bahkan ia merasa bahwa dirinya pantas diperlakukan seperti itu oleh sang suami. Jika ia bisa lebih tegas terhadap Putra dan secara asertif mengatakan bahwa dia tidak mau Putra memperlakukannya dengan semena-mena, pasti Putra juga tidak akan berani berlaku sembarangan terhadap dirinya. Aqila harus berani menganggap dirinya berharga, jika mau dihargai oleh suaminya sendiri, coba tinjau kembali interaksi dengan pasangan.
Apakah hal itu dilakukan atas dasar kepatutan, merasa bahwa sudah seharusnya suami dan istri berperilaku seperti itu, karena takut dengan penilaian orang, atau merasa bahwa memang itulah yang terbaik dilakukan demi kelangsungan hubungan dengan pasangan. Misalnya kisah Marwan dan Ratna. Ratna selalu menuntut Marwan untuk menemaninya ke beberapa acara keluarga, padahal ada saat-saat dimana Marwan benar-benar sibuk dengan pekerjaannya. Ratna merasa bahwa sebagai suami dan istri sudah sepantasnya mereka selalu terlihat bersama. Sama halnya dengan aturan Reza terhadap dirinya sendiri untuk selalu mengantar jemput Raina di manapun ia berada, karena merasa bahwa seorang suami sudah sepatutnya mengantar jemput istri. Coba bicarakan apa yang terbaik bagi pasangan dengan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi. Dan buatlah penyesuaian yang paling tepat bagi kelanggengan hubungan antara Anda dan si dia.
Cobalah bersama-sama meninjau kembali hubungan yang terjalin selama ini, dengan menjadikan pernikahan sebagai kendaraan bagi Anda dan dia untuk saling bercermin, mengenali diri sendiri dan pasangan dengan lebih baik, tumbuh bersama-sama dan saling bertransformasi menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya. Menerima pasangan apa adanya, saling mendukung dan memberi masukan, akan menjadikan hubungan dengan dia menjadi semakin dalam dan berarti. Jadikan Anda dan dia sebagai satu tim yang solid dan kompak dalam menghadapi berbagai hambatan yang ditemui sepanjang perjalanan. Lihatlah masalah sebagai tantangan untuk dipecahkan serta alat bantu yang dapat mendewasakan hubungan Anda dan dia. Dengan bersama-sama melihat hambatan sebagai tantangan yang menarik untuk dipecahkan bersama, maka rasanya tidak akan ada masalah yang terlalu sulit untuk diselesaikan.

3.     Penyesuaian diri dan pertumbuhan dalam perkawinan
Penyesuaian Perkawinan Hurlock (2000), mendefinisikan penyesuaian pernikahan sebagai proses adaptasi antara suami dan istri, dimana suami dan istri tersebut dapat mencegah terjadinya konflik dan menyelesaikan konflik dengan baik melalui proses penyesuaian diri. Lasswel & Lasswel (1987), mengatakatan bahwa penyesuaian pernikahan adalah dua individu yang belajar untuk mengakomodasi kebutuhan, keinginan, dan harapan masing-masing, ini berarti mencapai suatu derajat kebahagiaan dalam hubungan. Penyesuaian pernikahan bukan suatu keadaan absolut melainkan suatu proses yang panjang karena setiap orang dapat berubah sehingga setiap waktu masing-masing pasangan harus melakukan penyesuaian pernikahan. Penyesuaian pernikahan juga merupakan suatu proses memodifikasi, mengadaptasi dan mengubah individu dan pola perilaku pasangan serta adanyainteraksi untuk mencapai kepuasan yang maksimum dalam pernikahan (DeGenova, 2008).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian pernikahan adalah suatu proses dimana dua orang yang memasuki tahap pernikahan dan mulai membiasakan diri dengan situasi baru sebagai suami istri yang saling menyesuaikan dengan kepribadian, lingkungan, kehidupan keluarga, dan saling mengakomodasikan kebutuhan, keinginan dan harapan, serta saling menyesuaikan diri di beberapa aspek pernikahan untuk mencapai kepuasan maksimum dalam pernikahan.
Pertumbuhan dalam Perkawinan. Perkawinan bagi manusia adalah suatu keniscayaan. Dalam konteks teologis, perkawinan adalah sunnah atau ketentuan Tuhan, sebagaimana Nabi Adam a.s. diberi tempat oleh Allah SWT di surga dan baginya diciptakan Hawa untuk mendampingi, menjadi teman hidup, menghilangkan rasa kesepian, dan melengkapi fitrahnya untuk menghasilkan keturunan. Sebagai perbuatan manusia dewasa, perkawinan merupakan peristiwa yang dapat berlangsung setelah melalui pertimbangan baik rasional maupun emosional atau mental. Selain dipikirkan dan diterima oleh akal sehat, semua persiapan perkawinan adalah persiapan mental dari calon pasangan itu sendiri. Persiapan mental ini dimulai dari hal yang paling sederhana, yaitu mengenal dan memahami pasangan serta memahami arti perkawinan. Dalam tahap persiapan perkawinan, membina hubungan sosial yang romantis dan harmonis merupakan hal yang penting dan perlu dijalani. Dengan pertimbangan rasional dan emosional, perkawinan manusia dewasa akan semakin mantap, bahagia, dan langgeng ketika pasangan saling mengasihi dan saling menghargai. Cinta kasih harus diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. Bentuk cinta kasih yang paling sederhana adalah memberikan ucapan terima kasih dan menyatakan permohonan maaf kepada pasangan. Terima kasih atas perhatian dan kasih sayang yang diberikan serta mohon maaf atas kesalahan yang dilakukan terhadapnya. Perbuatan kawin hanya pantas dilakukan oleh manusia dewasa, dalam pengertian manusia dewasa dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Setiap pasangan suami-istri yang dewasa memiliki level perkembangan psikologis yang lebih matang dibandingkan dengan pasangan yang melaksanakan perkawinan sebelum dewasa. Konsekuensinya, perkawinan yang dilakukan oleh pasangan yang belum mencapai taraf dewasa sulit berpikir dan bertindak secara bertanggungjawab.
Keluarga sebagai basis inti masyarakat, adalah wahana yang paling tepat untuk memberdayakan manusia dan membendung berbagai faktor yang mendorong lahirnya berbagai bentuk frustrasi sosial. Pengertian ini bersifat aksiomatis dan universal dalam pengertian bahwa masyarakat mana saja memerlukan wahana pemberdayaan itu. Di Eropa misalnya, saat ini para sosiolog merasa gelisah karena prediksi kepunahan bangsa. Betapa tidak, tatanan, sakralitas dan antusiasme terhadap keluarga sudah tipis sekali di kalangan muda. Hal itu tentu saja berdampak buruk terhadap angka pertumbuhan penduduk. Berbagai penyakit sosialpun muncul. Mulai dari angka bunuh diri yang tinggi hingga anomali kemanusiaan yang lain.

4.     Perceraian dan pernikahan kembali
Perceraian adalah berpisah atau cerai hidup antara pasangan suami istri sebagai akibat dari kegagalan mereka menjalankan obligasi peran masing-masing. Dalam hal ini perceraian dilihat sebagai akhir dari suatu ketidakstabilan perkawinan dimana pasangan suami istri kemudian hidup terpisah dan secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku. Pengertian perceraian juga dapat diartikan sebagai terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajibannya sebagai suami istri.  Ada beberapa penyebab perceraian, seperti berikut ini :
a.      Gagal berkomunikasi : Komunikasi merupakan hal terpenting dalam menjalin hubungan. Jika Anda dan pasangan kurang berkomunikasi atau tidak cocok dalam masalah ini, maka dapat menyebabkan kurangnya rasa pengertian dan memicu pertengkaran.
b.     Tidak setia : Selingkuh merupakan penyebab lainnya perceraian. Sebelum melangkah ke jenjang pernikahan, ada baiknya Anda dan pasangan memegang kuat komitmen dan menjaga keharmonisan hubungan.
c.      Kekerasan dalam rumah tangga : Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) tidak hanya meninggalkan luka di fisik tetapi juga psikis maupun hati. Oleh karena itu kenalilah pasangan Anda sebaik mungkin sebelum memutuskan menikah dengannya. Jangan malu untuk melaporkan KDRT yang Anda alami pada orang terdekat atau lembaga perlindungan.
d.      Masalah ekonomi : Pasangan dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan materi keluarga atau suami tidak bisa menafkahi keluarganya, sehingga memutuskan untuk meninggalkan atau bercerai.
e.      Pernikahan dini : Menikah di usia muda lebih rentan dalam hal perceraian. Hal ini karena pasangan muda belum siap menghadapi berbagai kesulitan dalam kehidupan pernikahan dan ego masing-masing yang masih tinggi.
f.      Perubahan budaya : Zaman semakin modern, jika dahulu perceraian dianggap hal yang tabu sekarang ini telah menjadi tren dan gaya hidup banyak pasangan.
Pernikahan Kembali, yang kita harapkan bahwa pernikahan itu satu untuk selamanya dan sekali dalam seumur hidup namun tidak semua orang merasakan pernikahan yang langgeng atau awet. Maka perceraian adalah jalan terbaik jika sudah tidak ada kecocokan antara kedua belah pihak. Kemudian bagaimana dengan pernikahan kembali setelah bercerai ? Pernikahan kembali memang sudah dilakukan oleh sebagian pasangan yang bercerai. Hal ini menunjukkan bahwa menghindari perzinahaan yang dosa besar salah satunya adalah menikah kembali setelah bercerai. Memang tidak semua pasangan yang bercerai lalu menikah kembali. Tetapi hal ini di benarkan oleh publik bahwa menikah kembali itu bersifat nyata. Tentu saja dengan harapan agar hubungan pada pernikahan kembali semakin lebih baik dan yang masa lalu menjadi pelajaran yang berharga untuk tidak terulang kembali.

5.     Alternative selain pernikahan “membujang” (single life)
Membujang berasal dari kata bujang” yang berarti keadaan belum atau tidak kawin (pria yang belum beristri). Membujang menjadi salah satu alternatif bagi kaum yang tidak ingin menikah dengan berbagai faktor seperti belum menemukan jodoh yang klik, workaholic, belum mapan, cita-cita belum terwujud, menderita suatu penyakit, perceraian yang meningkat, hingga faktor pendidikan. Di California, 40 % wanita AS tidak pernah menikah, mereka tidak hanya menunda menikah untuk pertama kalinya, tapi banyak juga orang yang memutuskan untuk hidup bersama tanpa menikah. Arti tabattul (membujang), Imam an-Nawawi rahimahullah berkata: "Tabattul di sini ialah menjauhkan diri dari wanita dan tidak menikah karena ingin terus beribadah kepada Allah.
Hadits-hadits yang melarang hidup membujang cukup banyak, di antaranya, Hadits yang diriwayatkan al-Bukhari dari Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu, ia mengatakan: "Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menolak hal itu pada ‘Utsman bin Mazh’un. Seandainya beliau membolehkan kepadanya untuk hidup membujang, niscaya kami membujang. Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia menuturkan: "Aku mengatakan: 'Wahai Rasulullah, aku adalah seorang pemuda dan aku takut memberatkan diriku, sedangkan aku tidak mempunyai sesuatu untuk menikahi wanita.' Tetapi beliau mendiamkanku. Kemudian aku mengatakan seperti itu lagi kepada beliau, tapi beliau mendiamkanku. Kemudian aku mengatakan seperti itu lagi, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 'Wahai Abu Hurairah, pena telah kering dengan apa yang engkau temui (alami); mengebirilah atau tinggal-kan. Bukankah engkau mendengar Allah Azza wa Jalla berfirman: ‘Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum-mu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan...’ [Ar-Ra’d/13:38] Oleh karena itu, janganlah engkau hidup membujang.

Referensi :
HR. Al-Bukhari (no. 5076) kitab an-Nikaah, Muslim (no. 1404) kitab an-Nikaah, Ahmad (no. 3642) lihat Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 7832). 
http://panggilanputri.blogspot.com/2013/05/tugas-portopolio-ke-3.html
Aronson ,Elliot .(2005).social psychology .upper saddle river :person prentice hall
Hall, S Calvin., Lindzey , Gardner., (2009). teori - teori psikodinamika, yogyakarta:kanisius

Jalaluddin Rakhmat (1998): Psikologi Komunikasi, Edisi 12, PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar