A.
Hubungan Interpersonal
Menurut Sternberg intimacy adalah
komponen emosi dari cinta yang meliputi perasaan dengan orang lain, seperti
perasaan hangat, sharing,
dan kedekatan emosi serta mengandung pengertian sebagai elemen afeksi yang
mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang
dicintainya. Berdasarkan teori tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
yang dimaksud dengan intimasi adalah suatu hubungan timbal balik
antar individu, yang terwujud dengan saling berbagi perasaan dan pikiran yang
mendalam, saling membuka diri serta menerima dan menghargai satu sama lain.
1.
Model pertukaran sosial
dan analisis transaksional
· Model pertukaran sosial
Hubungan
interpersonal diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi
karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Menurut model ini, hubungan antar pribadi yang
tidak memuaskan merupakan sumber utama penyebab tingkah laku maladatif. Menurut
teori pertukaran sosial manusia saling menjalin hubungan
dengan tujuan memuaskan kebutuhan masing-masing. Setiap orang mengharapkan
sesuatu dari suatu hubungannya dengan orang lain, sehingga antar pribadi
tersebut pada dasarnya tidak berbeda dengan hubungan jual beli. Artinya
dalam hubungan tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya
(akibat negatif) serta hasil atau laba (ganjaran dikurangi biaya). Teori pertukaran sosial memprediksi perilaku
kelompok dan individu berdasarkan penghargaan yang diterima dan biaya.
· Analisis transaksional
Tinjauan teoritik tentang analisis
transaksional dikaitkan dengan suatu pendekatan yang mengaitkan interpsikis
dengan interpersonal dan relasional. Pada intinya, makna analisis transaksional
adalah untuk memperkaya kemampuan-kemampuan menghadapi (coping) dan mengatur
(regulatory) situasi yang paling dalam pada interaksi kehidupan yang nyata. Kategori-kategori
analisis transaksional salah satunya antara lain: naskah, transaksi, keadaan ego, dan posisi
kehidupan.
2.
Pembentukan kesan dan
ketertarikan interpersonal dalam memulai hubungan
· Pembentukan kesan
Melaui
Evaluasi :
Kesan pertama. Menurut sears dkk (1992) aspek
pertama yang paling penting dan kuat adalah evaluasi. Secara formal dimensi
evaluatif merupakan dimensi terpenting diantara sejumlah dimensi dasar yang
mengorganisasikan kesan gabungan tentang orang lain.
Kesan Menyeluruh. Untuk menjelaskan bagaimana orang
mengevaluasi terhadap orang orang lain, dapat dilakukan dari “kesan yang
diterima secara keseluruhan”.
Konsistensi. Individu cenderung membentuk
karakteristik yang konsisten secara evaluatif terhadap individu lainnya, meski
hanya memiliki sedikit informasi. Kita cenderung memandang orang lain secara
konsisten dari kedalamannya.
Prasangka positif menurut sears adalah
kecenderungan menilai orang lain secara positif sehingga mengalahkan evaluasi
negatif.
· ketertarikan
interpersonal
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi
selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal,
diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada
empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:
a.
Keakraban : pemenuhan
kebutuhan akan kasih sayang antara komunikan dan komunikator.
b.
Kontrol : kesepakatan
antara kedua belah pihak yang melakukan komunikasi dan menentukan siapakah yang
lebih dominan didalam komunikasi tersebut.
c.
Respon yang tepat : feedback
atau umpan balik yang akan terima jangan sampai komunikator salah memberikan
informasi sehingga komunikan tidak mampu memberikan feedback yang tepat.
d.
Nada emosional yang
tepat : keserasian suasana emosi saat komunikasi sedang berlangsung.
Prinsip Dasar Daya Tarik Interpersonal :
a.
Penguatan
Kita
menyukai orang lain dengan cara memberi ganjaran sebagai penguatan dari
tindakan atau sikap kita. Salah satu tipe ganjaran yang penting adalah persetujuan
social.
b.
Pertukaran sosial
Pandangan
ini menyatakan bahwa rasa suka kita kepada orang lain didasarkan pada penilaian
kita terhadap kerugian dan keuntungan yang diberikan seseorang kepada kita.
Teori ini menekankan bahwa kita membuat penilaian komparatif, menilai
keuntungan yang kita peroleh dari seseorang dibandingkan dengan keuntungan yang
kita peroleh dari orang lain.
c.
Asosiasi
Kita
menjadi suka kepada orang yang diasosiasikan (dihubungkan) dengan pengalaman
yang baik/bagus dan tidak suka kepada orang yang diasosiasikan dengan
pengalaman buruk/jelek.
3.
Peran, konflik dan
adequacy peran, serta autentisitas dalam hubungan peran
Model
peran :
Menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung
sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah
yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila
setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya. Model peran juga dapat membantu menciptakan
antusiame untuk kegiatan yang membutuhkan kecerdasan tertentu. Interaksi dengan
orang-orang yang memiliki peran berdasarkan kelebihan dalam satu kecerdasan,
mendengarkan kisah, dan pengalaman dapat memperluas wawasan.
Konflik
peran :
ketidakserasian antara hak dan kewajiban, konflik
peran muncul ketika seseorang menerima pesan yang tidak sama atau berbeda pendapat
yang berkenaan dengan perilaku peran yang sesuai, konflik peran mungkin merupakan
stressor bagi individu.
4.
Intimasi dan hubungan
pribadi
Intimasi dapat dilakukan terhadap
teman atau kekasih. Intimasi elemen emosional: keakraban, keinginan untuk mendekat,
memahami kehangatan, menghargai, kepercayaan. Intimasi mengandung pengertian
sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan
emosional dengan orang yang dicintainya. Dorongan ini menyebabkan individu
bergaul lebih akrab, hangat, menghargai, menghormati, dan mempercayai pasangan
yang dicintai, dibandingkan dengan orang yang tidak dicintai. Mengapa seseorang
merasa intim dengan orang yang dicintai? Hal ini karena masing-masing individu
merasa saling membutuhkan dan melengkapi antara satu dan yang lain dalam segala
hal. Masing-masing merasa tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dan kehadiran
pasangan hidup sisinya.
5.
Intimasi dan pertumbuhan
Intimasi dapat dilakukan terhadap
teman atau kekasih. Intimasi elemen emosional : keakraban, keinginan untuk
mendekat, memahami kehangatan, menghargai, kepercayaan. Intimasi mengandung
pengertian sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan
kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Dorongan ini menyebabkan
individu bergaul lebih akrab, hangat, menghargai, menghormati, dan mempercayai
pasangan yang dicintai, dibandingkan dengan orang yang tidak dicintai. Mengapa
seseorang merasa intim dengan orang yang dicintai? Hal ini karena masing-masing
individu merasa saling membutuhkan dan melengkapi antara satu dan yang lain
dalam segala hal. Masing-masing merasa tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan
dan kehadiran pasangan hidup sisinya.
B.
Cinta dan Perkawinan
1.
Bagaimana memilih
pasangan ?
Dalam
suatu diskusi akan tercapai keadaan dimana anda berdua sama tinggi, dimana satu
sama lain adalah berdiskusi, tidak saling memerintahkan.
Reaksi
emosi yang dimiliki pasangan adalah sama dalam menghadapi suatu kejadian atau
peristiwa seperti kegembiraan, kesedihan, keterkejutan dan simpatik. Hal ini
akan membuat anda berdua tidak memiliki ketimpangan emosi. Akan sangat lucu
sekali ketika anda bersedih karena sesuatu sedangkan pasangan anda justru
tertawa karena menganggapnya lucu. Jika hanya terjadi sesekali itu tidak masalah,
namun jika sering dan terus terjadi maka bisa menimbulkan salah paham dan pertengkaran.
Memiliki
pemahaman yang sama mengenai hubungan seperti keakraban, kebebasan,
kebergantungan, pemberian dan pengorbanan. Pemahaman tentang hubungan yang sama dapat
menggiringi anda
dan pasangan untuk saling mengerti, ada di tahap mana anda berdua sedang
berada. Ini tentu saja untuk menunjukkan betapa serius anda atau si dia
menjalin hubungan. Selalu memupuk sifat yang disukai dalam diri dan
memamerkannya pada pasangan.
Pasangan
yang baik akan selalu memperbaiki diri untuk membuat pasangannya lebih baik dan
lebih nyaman. Mereka yang mengasihi pasangan bukan karena tampang, harta dan
keturunan. Namun pasangan yang mencintai anda dengan tulus karena anda. Begitu
pula dengan anda, haruslah mencintai pasangan karena dia, bukan hal yang
lainnya. Cari pasangan yang selalu
membantu anda dalam mengukuhkan image diri
anda dan mendukung semangat dan menyakinkan diri anda, begitu pula sebaliknya.
Pasangan yang suka memuji dan memotivasi pasangannya dengan ikhlas dan tidak
suka berbohong. Kejujuran adalah salah satu kunci besar dari hubungan yang
harmonis dan menyenangkan. Kejujuran pula akan membuat hidup anda berdua
menjadi lebih nyaman.
2.
Seluk beluk hubungan
dalam perkawinan
Cobalah lihat pasangan sebagai cermin
Anda dalam berperilaku. Dimulai dengan menanyakan pada diri sendiri, apakah
selama ini, perlakuan pasangan terhadap Anda sudah
dapat Anda terima? Jika belum, kontemplasikan hal ini. Siapa tahu sebenarnya
penyebabnya adalah diri Anda sendiri.
Misalnya seperti kisah Aqila dan Putra. Aqila merasa Putra
tidak pernah menghargainya sebagai istri. Namun setelah dikontemplasikan,
ternyata semua berawal dari perilaku Aqila
yang sejak awalnya tidak menghargai dirinya sendiri. Dari awal ia tidak bereaksi jika Putra
melecehkan dirinya. Ia hanya menyimpan rasa sakit hati tanpa berani
mengungkapkannya. Bahkan ia merasa bahwa dirinya pantas diperlakukan seperti
itu oleh sang suami. Jika ia bisa lebih tegas
terhadap Putra dan secara asertif mengatakan bahwa dia tidak mau Putra
memperlakukannya dengan semena-mena, pasti Putra
juga tidak akan berani berlaku sembarangan
terhadap dirinya. Aqila harus berani menganggap
dirinya berharga, jika mau dihargai oleh suaminya
sendiri, coba tinjau kembali interaksi dengan
pasangan.
Apakah hal itu dilakukan atas dasar
kepatutan, merasa bahwa sudah seharusnya suami dan istri berperilaku seperti
itu, karena takut dengan penilaian orang, atau merasa bahwa memang itulah yang
terbaik dilakukan demi kelangsungan hubungan dengan pasangan. Misalnya kisah
Marwan dan Ratna. Ratna selalu menuntut Marwan untuk menemaninya ke beberapa
acara keluarga, padahal ada saat-saat dimana Marwan benar-benar sibuk dengan
pekerjaannya. Ratna merasa bahwa sebagai suami dan istri sudah sepantasnya
mereka selalu terlihat bersama. Sama halnya dengan aturan Reza terhadap dirinya
sendiri untuk selalu mengantar jemput Raina di manapun ia berada, karena merasa
bahwa seorang suami sudah sepatutnya mengantar jemput istri. Coba bicarakan apa
yang terbaik bagi pasangan dengan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
terjadi. Dan buatlah penyesuaian yang paling tepat bagi kelanggengan hubungan
antara Anda dan si dia.
Cobalah bersama-sama meninjau kembali
hubungan yang terjalin selama ini, dengan menjadikan pernikahan sebagai
kendaraan bagi Anda dan dia untuk saling bercermin, mengenali diri sendiri dan
pasangan dengan lebih baik, tumbuh bersama-sama dan saling bertransformasi
menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya. Menerima pasangan apa
adanya, saling mendukung dan memberi masukan, akan menjadikan hubungan dengan
dia menjadi semakin dalam dan berarti. Jadikan
Anda dan dia sebagai satu tim yang solid dan kompak dalam menghadapi berbagai
hambatan yang ditemui sepanjang perjalanan. Lihatlah masalah sebagai tantangan
untuk dipecahkan serta alat bantu yang dapat mendewasakan hubungan Anda dan
dia. Dengan bersama-sama melihat hambatan sebagai tantangan yang menarik untuk
dipecahkan bersama, maka rasanya tidak akan ada masalah yang terlalu sulit
untuk diselesaikan.
3.
Penyesuaian diri dan
pertumbuhan dalam perkawinan
Penyesuaian Perkawinan Hurlock (2000),
mendefinisikan penyesuaian pernikahan sebagai proses adaptasi antara suami dan
istri, dimana suami dan istri tersebut dapat mencegah terjadinya konflik dan
menyelesaikan konflik dengan baik melalui proses penyesuaian diri. Lasswel
& Lasswel (1987), mengatakatan bahwa penyesuaian pernikahan adalah dua
individu yang belajar untuk mengakomodasi kebutuhan, keinginan, dan harapan masing-masing,
ini berarti mencapai suatu derajat kebahagiaan dalam hubungan. Penyesuaian
pernikahan bukan suatu keadaan absolut melainkan suatu proses yang panjang
karena setiap orang dapat berubah sehingga setiap waktu masing-masing pasangan
harus melakukan penyesuaian pernikahan. Penyesuaian pernikahan juga merupakan
suatu proses memodifikasi, mengadaptasi dan mengubah individu dan pola perilaku
pasangan serta adanyainteraksi untuk mencapai kepuasan yang maksimum dalam
pernikahan (DeGenova, 2008).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa penyesuaian pernikahan adalah suatu proses dimana dua orang yang memasuki
tahap pernikahan dan mulai membiasakan diri dengan situasi baru sebagai suami
istri yang saling menyesuaikan dengan kepribadian, lingkungan, kehidupan keluarga,
dan saling mengakomodasikan kebutuhan, keinginan dan harapan, serta saling
menyesuaikan diri di beberapa aspek pernikahan untuk mencapai kepuasan maksimum
dalam pernikahan.
Pertumbuhan dalam Perkawinan.
Perkawinan bagi manusia adalah suatu keniscayaan. Dalam konteks teologis,
perkawinan adalah sunnah atau ketentuan Tuhan, sebagaimana Nabi Adam a.s.
diberi tempat oleh Allah SWT di surga dan baginya diciptakan Hawa untuk
mendampingi, menjadi teman hidup, menghilangkan rasa kesepian, dan melengkapi
fitrahnya untuk menghasilkan keturunan. Sebagai perbuatan manusia dewasa,
perkawinan merupakan peristiwa yang dapat berlangsung setelah melalui
pertimbangan baik rasional maupun emosional atau mental. Selain dipikirkan dan
diterima oleh akal sehat, semua persiapan perkawinan adalah persiapan mental
dari calon pasangan itu sendiri. Persiapan mental ini dimulai dari hal yang
paling sederhana, yaitu mengenal dan memahami pasangan serta memahami arti
perkawinan. Dalam tahap persiapan perkawinan, membina hubungan sosial yang
romantis dan harmonis merupakan hal yang penting dan perlu dijalani. Dengan
pertimbangan rasional dan emosional, perkawinan manusia dewasa akan semakin
mantap, bahagia, dan langgeng ketika pasangan saling mengasihi dan saling
menghargai. Cinta kasih harus diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. Bentuk
cinta kasih yang paling sederhana adalah memberikan ucapan terima kasih dan
menyatakan permohonan maaf kepada pasangan. Terima kasih atas perhatian dan
kasih sayang yang diberikan serta mohon maaf atas kesalahan yang dilakukan
terhadapnya. Perbuatan kawin hanya pantas dilakukan oleh manusia dewasa, dalam
pengertian manusia dewasa dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Setiap
pasangan suami-istri yang dewasa memiliki level perkembangan psikologis yang
lebih matang dibandingkan dengan pasangan yang melaksanakan perkawinan sebelum
dewasa. Konsekuensinya, perkawinan yang dilakukan oleh pasangan yang belum
mencapai taraf dewasa sulit berpikir dan bertindak secara bertanggungjawab.
Keluarga sebagai basis inti masyarakat,
adalah wahana yang paling tepat untuk memberdayakan manusia dan membendung
berbagai faktor yang mendorong lahirnya berbagai bentuk frustrasi sosial.
Pengertian ini bersifat aksiomatis dan universal dalam pengertian bahwa masyarakat
mana saja memerlukan wahana pemberdayaan itu. Di Eropa misalnya, saat ini para
sosiolog merasa gelisah karena prediksi kepunahan bangsa. Betapa tidak,
tatanan, sakralitas dan antusiasme terhadap keluarga sudah tipis sekali di
kalangan muda. Hal itu tentu saja berdampak buruk terhadap angka pertumbuhan
penduduk. Berbagai penyakit sosialpun muncul. Mulai dari angka bunuh diri yang
tinggi hingga anomali kemanusiaan yang lain.
4.
Perceraian dan
pernikahan kembali
Perceraian
adalah berpisah
atau cerai
hidup antara pasangan suami istri sebagai akibat dari kegagalan
mereka menjalankan obligasi peran masing-masing. Dalam hal ini perceraian dilihat
sebagai akhir dari suatu ketidakstabilan perkawinan dimana pasangan suami istri kemudian
hidup terpisah dan secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku. Pengertian perceraian juga
dapat diartikan sebagai terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua pasangan memutuskan
untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajibannya sebagai
suami istri. Ada
beberapa penyebab perceraian, seperti berikut ini :
a.
Gagal
berkomunikasi : Komunikasi merupakan hal terpenting
dalam menjalin hubungan. Jika Anda dan pasangan kurang berkomunikasi atau tidak
cocok dalam masalah ini, maka dapat menyebabkan kurangnya rasa pengertian dan
memicu pertengkaran.
b.
Tidak
setia : Selingkuh merupakan penyebab lainnya perceraian. Sebelum
melangkah ke jenjang pernikahan, ada baiknya Anda dan pasangan memegang kuat
komitmen dan menjaga keharmonisan hubungan.
c.
Kekerasan
dalam rumah tangga : Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
tidak hanya meninggalkan luka di fisik tetapi juga psikis maupun hati. Oleh
karena itu kenalilah pasangan Anda sebaik mungkin sebelum memutuskan menikah
dengannya. Jangan malu untuk melaporkan KDRT yang Anda alami pada orang
terdekat atau lembaga perlindungan.
d.
Masalah
ekonomi : Pasangan dianggap tidak mampu memenuhi
kebutuhan materi keluarga atau suami tidak bisa menafkahi keluarganya, sehingga
memutuskan
untuk meninggalkan atau bercerai.
e.
Pernikahan
dini
: Menikah
di usia muda lebih rentan dalam hal perceraian. Hal ini karena pasangan muda
belum siap menghadapi berbagai kesulitan dalam kehidupan pernikahan dan ego
masing-masing yang masih tinggi.
f.
Perubahan
budaya : Zaman semakin modern, jika dahulu perceraian dianggap hal
yang tabu sekarang ini telah menjadi tren dan gaya hidup banyak pasangan.
Pernikahan
Kembali, yang kita harapkan bahwa pernikahan itu satu untuk selamanya dan
sekali dalam seumur hidup namun tidak semua orang merasakan pernikahan yang
langgeng
atau awet.
Maka perceraian adalah jalan terbaik jika sudah tidak ada kecocokan antara
kedua belah pihak. Kemudian bagaimana dengan pernikahan kembali setelah
bercerai ? Pernikahan kembali memang sudah dilakukan oleh sebagian
pasangan yang bercerai. Hal ini menunjukkan bahwa menghindari perzinahaan yang
dosa besar salah satunya adalah menikah kembali setelah bercerai. Memang tidak
semua pasangan yang bercerai lalu menikah kembali. Tetapi hal ini di benarkan
oleh publik bahwa menikah kembali itu bersifat nyata. Tentu saja dengan harapan
agar hubungan pada pernikahan kembali semakin lebih baik dan yang masa lalu
menjadi pelajaran yang berharga untuk tidak terulang kembali.
5.
Alternative selain
pernikahan “membujang” (single life)
Membujang
berasal dari kata “bujang” yang berarti keadaan belum atau
tidak kawin (pria yang belum beristri). Membujang menjadi salah satu alternatif
bagi kaum yang tidak ingin menikah dengan berbagai faktor seperti belum
menemukan jodoh yang klik, workaholic, belum mapan, cita-cita belum terwujud,
menderita suatu penyakit, perceraian yang meningkat, hingga faktor pendidikan.
Di California, 40 % wanita AS tidak pernah menikah, mereka tidak hanya menunda
menikah untuk pertama kalinya, tapi banyak juga orang yang memutuskan untuk
hidup bersama tanpa menikah. Arti tabattul (membujang), Imam an-Nawawi
rahimahullah berkata: "Tabattul di sini ialah menjauhkan diri dari wanita
dan tidak menikah karena ingin terus beribadah kepada Allah.
Hadits-hadits yang melarang hidup
membujang cukup banyak, di antaranya, Hadits yang diriwayatkan al-Bukhari dari
Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu, ia mengatakan: "Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam menolak hal itu pada ‘Utsman bin Mazh’un. Seandainya beliau
membolehkan kepadanya untuk hidup membujang, niscaya kami membujang. Al-Bukhari
meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia menuturkan: "Aku
mengatakan: 'Wahai Rasulullah, aku adalah seorang pemuda dan aku takut
memberatkan diriku, sedangkan aku tidak mempunyai sesuatu untuk menikahi wanita.'
Tetapi beliau mendiamkanku. Kemudian aku mengatakan seperti itu lagi kepada
beliau, tapi beliau mendiamkanku. Kemudian aku mengatakan seperti itu lagi,
maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 'Wahai Abu Hurairah, pena
telah kering dengan apa yang engkau temui (alami); mengebirilah atau
tinggal-kan. Bukankah engkau mendengar Allah Azza wa Jalla berfirman: ‘Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum-mu dan Kami memberikan
kepada mereka isteri-isteri dan keturunan...’ [Ar-Ra’d/13:38] Oleh karena itu, janganlah engkau hidup
membujang.
Referensi :
HR. Al-Bukhari (no. 5076) kitab an-Nikaah, Muslim (no. 1404) kitab an-Nikaah, Ahmad (no. 3642) lihat Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 7832).
http://panggilanputri.blogspot.com/2013/05/tugas-portopolio-ke-3.html
Aronson ,Elliot .(2005).social psychology .upper
saddle river :person prentice hall
Hall, S Calvin., Lindzey , Gardner., (2009). teori
- teori psikodinamika, yogyakarta:kanisius
Jalaluddin Rakhmat (1998): Psikologi Komunikasi,
Edisi 12, PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar