A. Konsep sehat
1.
Dimensi emosi
Emosi mudah sekali dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan. Salah satu cirri seseorang yang mempunyai emosional yang
matang adalah ketika dia sudah mengenali emosi nya diri sendiri, kemampuan
untuk mengontrol emosi, dan bagaimana mengatasi masalah yang mucul. Emosional
sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya,
misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya. Sehat emosional adalah seseorang yang
dapat menjaga atau mengontrol amarahnya ketika dia sedang kesal.
2.
Dimensi intelektual
Dikatakan
sehat secara intelektual yaitu jika seseorang memiliki kecerdasan dalam
kategori yang baik mampu melihat realitas. Memilki nalar yang baik dalam
memecahkan masalah atau mengambil keputusan. Missalnya memecahkan masalah dengan pikiran yang tenang,
agar masalah tersebut dapat terselesaikan dengan baik.
3.
Dimensi sosial
Sehat
dimana orang tersebut memiliki jiwa sosial yang baik. Dapat baik apabila seseorang mampu berhubungan
dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau
kepercayan, status sosial, ekonomi,
politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai. Seseorang juga
dapat dikatakan sehat secara mental apabila dia mampu berinteraksi dengan
lingkungan sekitar, dan mampu bekerja sama dengan lingkungannya.
4.
Dimensi fisik dan mental
Kita tidak bisa berfikir
bahwa jika kondisi kesehatan fisik kita sedang prima atau sehat maka diharapkan
kita bisa mengontrol emosi kita, fisik itu sendiri dikatakan sehat apabila
secara fisiologis normal, tidak cacat, tidak mengalami suatu penyakit, dan
tidak memiliki kekurangan suatu apa pun. Terwujud apabila
sesorang tidak merasa sakit dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan
memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal
atau tidak mengalami gangguan. Kesehatan mental (jiwa) juga mencakup 3
komponen, yaitu pikiran, emosional, dan
spiritual.
5.
Dimensi spiritual
Spiritual merupakan kehidupan
kerohanian, dengan cara menyerahkan diri dengan bersujud dan percaya terhadap
kepercayaan agama masing-masing, serta menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi
seluruh larangannya. Seseorang dapat dikatakan sehat secara mental apabila dia secara
spiritual baik, taat menjalankan perintah Tuhan dan mampu mengekspresikan
rasa syukur terhadap suatu nikmat pemberian Tuhan YME, maupun kemauan berserah
diri kepada Tuhan jika sedang mengalami suatu permasalahan yang sekiranya dia
sudah tidak sanggup lagi menghadapinya. Dengan perkataan lain,
sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua
aturan-aturan agama yang dianutnya.
B. Sejarah kesehatan mental
Secara etimologis, kata mental itu berasal dari
kata latin. Yaitu “mens atau mentis” artinya roh, sukma , atau nyawa. Dalam
bahasa yunani kesehatan tergantung dalam kata hygiene, yang berarti ilmu
kesehatan .
Sejarah kesehatan
mental tidak seperti sejarah ilmu kedokteran yang dengan jelas tergambarkan.
Hal itu disebabkan karena “Mental” adalah sesuatu yang tidak dapat dengan jelas
terlihat oleh kasat mata. Sedangkan gangguan fisik dapat dengan mudah kita
lihat dan dapat dengan mudah terdeteksi. Individu yang terkena gangguan
kesehatan mental sangat sulit untuk diketahui, bahkan bagi orang terdekatnya
sekalipun. Karena orang-orang yang terdekatnya hanya menganggap hal itu sebagai
hal yang biasa, bukan sebagai gangguan.
Di negara kita
khususnya masyarakat Indonesia, masalah kesehatan mental sampai saat ini belum
terlalu mendapatkan perhatian yang serius. Semua itu dikarenakan taraf
pendidikan yang masih beragam dan budaya yang beragam pula sehingga membawa
dampak kurangnya kepekaan masyarakat akan pentingnya kesehatan mental.
Sejarah kesehatan
mental merupakan cerminan pandangan masyarakat terhadap gangguan mental dan
perlakuan yang diberikan. Ada beberapa pandangan masyarakat terhadap gangguan
mental di dunia Barat, yaitu :
1. Akibat
kekuatan supranatural
2. Kemasukan
roh atau setan (dianggap sakit)
3. Dianggap
kriminal karena memiliki derajat kebinatangan yang besar
4. Dianggap
memiliki cara berpikir irasional
5. Merupakan
reaksi terhadap tekanan atau stres
6. Melarikan
diri dari tanggung jawab
Dibawah ini perkembangan sejarah kesehatan
mental :
Gangguan mental dianggap sakit
· Tahun
1724
Pada abad ke 19, Phillipe Pinel di Perancis
dan Dorothea Dix, membuat lompatan besar dengan mempromosikan penanganan
manusiawi bagi penderita penyakit mental tetapi kondisinya masih jauh dari
ideal. Phillipe pinel ditunjuk sebagai dokter yang mengawasi pasien rumah sakit
jiwa. Dia tidak merantai orang yang sakit jiwa.
· Tahun
1812
Antara tahun 1830-1860 di Inggris timbul
optimisme dalam menangani pasien skit jiwa. Pada masa ini tumbuh kepercayaan
bahwa penanganan di rumah sakit jiwa merupakan hal yang benar dan cara ilmiah
untuk menyembuhkan kegilaan. Pada tahun 1842 psikiater mulai masuk dan
mendapatkan peranan penting di rumah sakit untuk menggantikan ahli hukum yang
selama itu berperan. Namun karena penanganan di masa ini banyak
menemukan kegagalan, maka tidak lama muncul terapi pesimisme.
· Tahun
1843
Kurang lebih terdapat 24 rumah sakit, tetapi
hanya ada 2561 tempat tidur yang tersedia untuk menangani penyakit mental di
Amerika Serikat.
· Tahun
1908
Ditahun ini seseorang yang mengalami gangguan
mental mendapat penanganan di rumah sakit yang tidak manusiawi dan mengalami
penyiksaan fisik dan mental dibawah kekuasaan yang tidak terlatih dan tidak
kompeten dirumah sakit.
· Tahun
1909
Sigmund Freud mengunjungi Amerika dan mengajar
psikoanalisa di Universitas Clark di Worcester, Massachusetts
· Tahun
1910
Emil Kraepelin pertama kali menggambarkan
penyakit Alzheimer. Dia juga mengembangkan alat tes yang dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya gangguan epilepsi.
· Tahun
1918
Asosiasi Psikoanalisa Amerika membuat aturan
bahwa hanya orang yang btelah lulus dari sekolah kedokteran dan menjalankan
praktek psikiatri yang dapat menjadi calon untuk pelatihan psikoanalisa.
· Tahun
1930
Psikiater mulai menginjeksikan insulin yang
menyebabkan shock dan koma sementara sebagai suatu treatmen untuk penderita
schizofrenia.
· Tahun
1936
Agas Moniz mempublikasikan suatu laporan mengenai
lobotomi frontal manusia yang pertama. Akibatnya antara tahun 1936 sampai
pertengahan 1950-an, diperkirakan 20000 prosedur pembedahan ini digunakan
terhadap pasien mental Amerika.
· Tahun
1940
Elektroterapi, yaitu terapi dengan cara mengaplikasikan
listrik ke otak. Pertama kali digunakan di rumah sakit Amerika untuk menangani
penyakit mental.
· Tahun
1947
Fountain House di New York City memulai
rehabilitasi psikiatrik untuk orang yang mengalami sakit mental.
· Tahun
1950
Dibentuk National Association of Mental Health
(NAMH) yang nerupakan merger dari tiga organisasi, yaitu National Committee for
Mental Hygiene, National Mental Health Foundatio, dan Psychiatric Foundation.
· Tahun
1952
Obat antipsikokotik konvensional pertama,
yaitu chlorpromazine, diperkenalkan untuk menangani pasien schizofrenia dan
gangguan mental utama lainnya.
· Tahun
1960
Obat-obat antipsikotik konvensional, seperti
haloperidol, digunakan pertama kali untuk mengontrol simtom-simtom yang positif
pada penderita psikosis, yang memberikan ukuran yang nyata dan penting karena
membuat pasien tenang.
Media inggris mulai mengungkapkan kesehatan
mental dengan menampilkan orang-orang yang pernah mengalami sakit mental untuk
menceritakan pengalaman mereka. Segala hal yang tabu mulai diungkap secara
umum.
C. Pendekatan kesehatan
mental
1. Dimensi
klasik
Dimensi klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk
psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun
mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang
keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik.
Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental. Sehat atau tidaknya
seseorang secara mental lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri
terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat
menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.
2. Penyesuaian diri
Penyesuaian diri merupakan dasar bagi penentuan
derajat kesehatan mental seseorang. Orang yang dapat menyesuaikan diri secara
aktif dan realistis serta tetap mempertahankan stabilitas diri mengindikasikan
adanya kesehatan mental yang tinggi pada dirinya. Sebaliknya mereka yang tidak
mampu menyesuaikan diri secara aktif, tidak realistik dan tidak stabil dirinya
menunjukkan rendahnya kesehatan mental pada dirinya. Dengan kata lain kemampuan
penyesuaian diri merupakan variabel utama dalam kesehatan mental.
3. Pengembangan
potensi
Pengembangan potensi dipengaruhi pada
peranan keluarga, sekolah dan masyarakat. Juga adanya kesempatan yang diberikan
lingkungan pada individu baik yang potensinya masih tersembunyi maupun yang
sudah ditemukan. Seseorang dapat dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila
ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensianya menuju kedewasaan,
ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam psikoterapi ternyata
yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang
bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang
sangat menentukan adalah perasaan.
D. Teori kepribadian sehat
berdasarkan :
1. Aliran
psikoanalisis
Aliran psikoanalisis melihat manusia dari
sisi negatif, alam bawah sadar (id, ego, super ego), mimpi dan masa lalu.
Aliran ini juga mengabaikan potensi yang dimiliki oleh manusia, selain itu juga
berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang berkeinginan (homo volens).Dalam
pandangan Freud, semua perilaku manusia baik yang nampak (gerakan otot) maupun
yang tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh peristiwa mental sebelumnya.
Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari. Id merupakan
sumber dari insting kehidupan (makan, minum, tidur) dan insting agresif yang
menggerakkan tingkah laku. Id berorientasi pada prinsip
kesenangan. Ego sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi,
rasional, dan berorientasi pada prinsip realitas. Superego merupakan
komponen moral kepribadian yang terkait dengan norma di masyarakat mengenai
baik-buruk atau benar-salah.
2. Aliran
behavioristik
Aliran behavioristik memperlakukan manusia
sebagai mesin, yakni di dalam suatu sistem kompleks yang bertingkah laku
menurut cara-cara yang sesuai dengan hukum. Behavioristik menekankan perspektif
psikologi pada tingkah laku manusia, yakni bagaimana individu dapat memiliki
tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, dan menjadi lebih mengetahui.
Behaviorisme juga memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan, pengalaman, dan
pemeliharaan atas bentuk perilakunya. Tujuan aliran ini adalah mencoba
memprediksi dan mengontrol perilaku manusia sebagai introspeksi dan evaluasi
terhadap tingkah laku yang dapat diamati, bukan pada ranah kesadarannya. Jadi, Kepribadian dapat
dipahami dengan mempertimbangkan perkembangan tingkah laku dalam hubungannya
yang terus menerus dengan lingkungannya.
3. Aliran
humanistik
Menurut
aliran humanistik kepribadian yang sehat adalah individu dituntut untuk
mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja
mengandalakan pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan
memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar
sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif. Ciri dari
kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif, buatan
atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu.
Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap
individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk
menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik
menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk
menyatakan diri.
4. Pendapat
Allport
Secara umum teori
Allport memberi definisi yang positif terhadap manusia, teori Allport telah
membantu manusia untuk melihat diri sendiri sebagai mahkluk yang baik dan penuh
harapan. Memandang satu pribadi positif dan apa adanya merupakan salah satu
definisi pribadi sehat, inilah kelebihan dan kekuasaan dari teori Allport.
Kepribadian manusia menurut Allport adalah organisasi yang dinamis dari
system psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik
atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam teori,
Allport juga memandang bahwa kesehatan psikologis adalah melihat ke depan,
tidak melihat ke belakang, dapat dikatakan bahwa seluruh teori yang dikemukakan
oleh Allport ini sangat bertentangan dengan teori-teori yang dikemukakan oleh
Freud. Dalam pandangan Allport, ia yakin bahwa kepribadian yang sehat tidak
perlu menjadi orang yang bersenang-senang dan bahagia secara jasmani dan
rohani, tetapi kita harus mengembangkan suatu motif yang baru untuk
menggantikan motif yang lama supaya kepribadian tetap sehat.
5. Pendapat
Rogers
Pada dasarnya menurut Rogers,
kepribadian yang sehat adalah ketika seseorang berfungsi secara sepenuhnya.
Rogers menempatkan suatu dorongan yaitu "satu kebutuhan fundamental"
dalam sistemnya tentang kepribadian yang memeliharakan, mengaktualisasikan dan
meningkatkan semua segi individu. Kecenderungan ini dibawa sejak lahir dan
meliputi komponen-komponen pertumbuhan fisiologis dan psikologis, meskipun
selama bertahun-tahun awal kehidupan, kecenderungan tersebut lebih terarah
kepada segi-segi fisiologis. Orang yang sehat menurut Rogers adalah orang yang bisa mengaktualisasikan
dirinya. Maksud dari aktualisasi diri adalah suatu proses yang sulit dan
terkadang menyakitkan. Manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol
oleh peristiwa kanak-kanak seperti yang di ajukan oleh aliran Freudian,
misalnya Toilet training, penyapihan ataupun pengalamn seksual sebelumnya.
6.
Pendapat Maslow
Dalam
pandangan Maslow, ia mengartikan kepribadian sehat sebagai orang yang
mengaktualisasikan diri. Semua manusia memiliki perjuangan atau kecenderungan
yang dibawa sejak lahir untuk mengaktualisasikan diri. Syarat untuk mencapai
aktualisasi diri ialah memuaskan empat kebutuhan yang berada dalam tingkat
rendah, yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan
memiliki dan cinta, serta kebutuhan akan penghargaan. Meskipun Maslow
mengetahui bahwa hanya beberapa orang dalam masyarakat kita mencapai
aktualisasi diri, namun ia tetap optimis tentang kemungkinan bahwa jumlah orang
yang mencapai keadaan ideal kemanusiaan penuh ini adalah lebih besar. Maslow
berpendapat bahwa apabila kita dapat melepaskan suatu potensi, maka kita semua
dapat mencapai keadaan eksistensi yang ideal yang ditemukannya dalam
orang-orangnya yang mengaktualisasikan diri.
7. Pendapat
Erich Fromm
Fromm
melihat kepribadian hanya sebagai suatu produk kebudayaan. Karena dia percaya
bahwa kesehatan jiwa harus didefinisikan menurut bagaimana baiknya masyarakat
menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan dasar semua individu, bukan
menurut bagaimana baiknya individu-individu menyesuaikan diri dengan
masyarakat. Fromm memberikan suatu gambaran jelas tentang kepribadian yang
sehat. Fromm menyebut kepribadian yang sehat adalah orientasi produktif, yaitu suatu konsep yang serupa dengan
kepribadian yang matang dari Allport, dan orang yang mengaktualisasikan diri
dari Maslow.
SUMBER :
Lindsay,Gardner. Editor:
Sugiyono. 1993. Psikologi Kepribadian 3 Teori-Teori Kepribadian danBehavioristik. Kanisius : Yogyakarta
Riyanti, B. P. Dwi. 1998. Psikologi
Umum 2 Seri Diktat Kuliah. Jakarta: Gunadarma.
Schultz,Duane.(1991). Psikologi
Pertumbuhan.Yogyakarta:Penerbit Kanisius.
Walgito,B.(2003).Pengantar
Psikologi Umum.Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar