A. Penyesuaian
diri
1.
Pengertian
penyesuaian diri
Dalam
kehidupan sehari-hari, penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan
penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu
yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena
ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga,
sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui
bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka
untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan.
2.
Konsep
penyesuaian diri
Penyesuaian diri adalah konsep yang di deskripsikan sebagai
adaptasi dan mempertahankan eksistensinya atau bisa survive dan memperoleh
kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, serta dapat mengadakan relasi yang
memuaskan dengan tuntutan sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai
konformitas, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan
frustrasi-frustrasi secara efisien.
3.
Pertumbuhan
personal
a.
Penekanan
pertumbuhan
Pertumbuhan adalah
perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi
fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang
normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari
konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam
bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan
perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
b.
Variasi
dalam pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian
diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan
tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin
terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya.
c.
Kondisi-kondisi
untuk bertumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi
fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek berkembanganya
secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon
mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh
dan tipe-tipe tempramen. Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang
ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan
dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi
primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar,
dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot
dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian.
Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi
tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan
penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas
penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi
kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit
jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian
dirinya.
d.
Fenomenologi
pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan”
yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami
dunia dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam
pengalaman orang lain.”
B. Stress
1.
Pengertian
stress, efek-efek stress “General adaption syndrom”, menurut Hans Selye ?
Stres menurut Hans Selye
menyatakan bahwa stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap
setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stres mengalami
gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi
dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami
distres. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh
keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan
psikis. Tidak semua bentuk stres mempunyaikonotasi negatif, cukup banyak yang
bersifat positif, hal tersebut dikatakan eustres.
GAS (General
Adaptation Syndrom) merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap
stress. Respon yang terlibat didalam nya adalah sistem saraf otonom dan sistem
endokrin.
Terdapat 3 fase, yaitu :
·
Fase Alar (waspada)
·
Fase Resistance (melawan)
·
Fase Exhaustion (kelelahan)
2.
Faktor-faktor
individual dan sosial yang menjadi penyebab stress
·
Faktor
individual
Di
saat seseorang menjumpai stresor dalam lingkungannya, ada dua karakteristik
pada stresor tersebut yang akan mempengaruhi reaksinya terhadap stresor itu
yaitu: Berapa lamanya (duration) ia harus menghadapi stresor itu dan berapa
terduganya stresor itu (predictability). Atau contoh lain
yang menyebabkan diri individu mengalami stress adalah suatu keadaan atau kondisi
keluarga, seperti salah pola asuh, broken home, keadaan ekonomi yang rendah,
serta kurangnya kecocokan dengan aturan keluarga atau di dalam rumah. Itu semua
hanya sebagian kecil faktor individu yang menyebabkan stress.
·
Faktor
sosial
Faktor
sosial yang dimaksud disini adalah seperti hal-hal yang disebabkan karena
bencana alam seperti : gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir, kebakaran,
dan lain-lain. Karena sebab-sebab itulah biasanya individu tersebut merasakan
goncangan yang sangat kuat. Apabila
individu tersebut tidak bisa terima dengan keadaan tersebut maka akan
menyebabkan seseorang mengalami stress. Selain
peristiwa penting, ternyata tugas rutin sehari-hari juga berpengaruh terhadap
kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan depresi. Dukungan sosial turut
mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi stres. Dukungan sosial mencakup:
Dukungan emosional, seperti rasa dikasihi. Dukungan nyata, seperti bantuan atau
jasa. Dan dukungan informasi, misalnya nasehat dan keterangan mengenai masalah
tertentu.
3.
Tipe-tipe
stress psikologi :
a.
Tekanan
Kita
dapat mengalami tekanan dari dalam maupun luar diri, atau keduanya. Ambisi
personal bersumber dari dalam, tetapi kadang dikuatkan oleh harapan-harapan
dari pihak di luar diri. Contohnya, biasanya apa yang menjadi
pandangan seorang anak terkadang bertentangan dengan pandangan orang tua, itu
yang terkadang menjadi salah satu tekanan psikologis bagi seorang anak yang
akan menimbulkan stress pada anak tersebut.
b.
Frustasi
Frustrasi
terjadi ketika motif atau tujuan kita mengalami hambatan dalam pencapaiannya.
Bila kita telah berjuang keras dan gagal, kita mengalami frustrasi. Bila kita
dalam keadaan terdesak dan terburu-buru, kemudian terhambat untuk melakukan
sesuatu misalnya jalanan macet kita juga dapat merasa frustrasi.
c.
Konflik
Konflik
terjadi ketika kita berada di bawah tekanan untuk berespon simultan terhadap
dua atau lebih kekuatan-kekuatan yang berlawanan. Perbedaan
pendapat, perbedaan cara pandang bahkan perbedaan pandangan dalam mencapai
suatu tujuan itu akan menimbulkan koflik. Biasanya tidak hanya konflik dengan
diri sendiri, banyak juga konflik yang terjadi antar beberapa orang, kelompok,
bahkan dalam suatu organisasi. Macam-macam konflik antara lain:
·
Konflik
menjauh-menjauh: individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama tidak disukai.
Misalnya seorang mahasiswa yang sangat malas kuliah, tetapi juga tidak ingin
mendapat IPK buruk, apalagi sampai
lulus tidak tepat waktu.
·
Konflik
mendekat-mendekat: Individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama
diinginkannya. Misalnya, ada suatu acara seminar sangat menarik untuk diikuti,
tetapi pada saat sama juga ada film sangat menarik untuk ditonton.
·
Konflik
mendekat-menjauh: Terjadi ketika individu terjerat dalam situasi di mana ia
tertarik sekaligus ingin menghindar dari situasi tertentu. Ini adalah bentuk
konflik yang paling sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus
lebih sulit diselesaikan. Misalnya ketika sudah menikah, seorang pasangan
berpikir tentang apakah akan segera memiliki anak atau tidak. Memiliki anak
sangat diinginkan karena pasangan dapat belajar menjadi orang dewasa yang
sungguh-sungguh bertanggungjawab atas makhluk kecil yang sepenuhnya tak berdaya.
Di sisi lain, ada tuntutan finansial, waktu, kemungkinan kehadiran anak akan
mengganggu relasi suami-istri, dan lain sebagainya.
d.
Kecemasan
Respon
yang paling umum terhadap suatu stressor adalah kecemasan. Kecemasan adalah
emosi tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan seperti: khawatir,
prihatin, tegang, dan takut yang di alami oleh semua manusia tetapi dengan
kadar dan tingkatan yang berbeda-beda. Orang yang mengalami peristiwa di luar
rentang penderitaan manusia normal (misalnya bencana alam, pemerkosaan, dan
penculikan) akan mengalami suatu kesimpulan gejala berat yang berkaitan dengan
kecemasan dan dikenal sebagai gangguan stress pasca traumatik.
4.
Symtom
reducing responses terhadap stress, mekanisme pertahanan diri dan strategi
coping untuk mengatasi stress.
a.
Symptom
reducing responses
Kehidupan
akan terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu. Individu yang mengalami
stress tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu
setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan
keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada. Mekanisme
pertahana diri (defense mechanism) yang biasa digunakan individu untuk dijadikan
strategi saat menghadapi stress salah satunya adalah:
1. Sublimasi, adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan
positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan
yang konstruktif.
2.
Proyeksi,
adalah menerapkan dorongan-dorongan yang dimilikinya pada orang lain, karena
dorongan-dorongan tersebut mengancam integritasnya.
3.
Rasionalisasi,
adalah dua gagasan yang berbeda dijaga agar tetap terpisahkan karena bila terus
bersama-sama akan mengancam.
4.
Kompensasi, adalah Seorang
individu tidak memperoleh kepuasan di bidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan
di bidang lain. Misalnya Adlan memiliki nilai jelek dalam bidang bahasa, namun
prestasi keterampilan yang Adlan miliki sangatlah memuaskan.
5.
Overcompensation/
reaction formation
Perilaku
seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan
pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang
biasanya berlawanan dengan tujuan pertama.
b.
Mekanisme
pertahanan diri
Freud
menggunakan istilah mekanisme pertahanan (defense mechanism) untuk menyebutkan
strategi yang tidak disadari, yang digunakan untuk mengatasi emosi negative.
Strategi tersebut tidak mengubah situasi stress melainkan semata-mata bertujuan
mengubah cara mengkhayati atau memikirkan situasi. Mekanisme pertahanan
merupakan proses yang tidak disadari dan sebenarnya dilakukan secara tidak
sadar namun apabila dilakukan secara ekstrim dapat menjadi strategi mengatasi
masalah yang disadari namun bersifat maladaptive.
c.
Strategi
coping
Strategi
coping itu adalah kemampuan mengatasi masalah. Coping memiliki 2 bentuk utama:
1.
Strategi
terfokus masalah
Yaitu
upaya seseorang untuk memfokuskan perhatian pada masalah atau situasi spesifik
yang telah terjadi, sambil mencoba menemukan cara untuk mengubahnya atau
menghindarinya. Strategi yang dapat ditempuh untuk memecahkan masalah antara
lain: menetukan masalahnya, mencari pemecahan alternative, menimbang-nimbang
alternative tersebut, dan memilih salah satunya dan mengimplementasikannya.
2.
Strategi
terfokus emosi
Yaitu
upaya untuk mencegah emosi negative menguasai diri seseorang atau mencegah
emosi negatif menguasai diri seseorang atau mencegah terjadinya masalah yang
tidak dapat dikendalikan.
5.
Pendekatan
problem solving terhadap stress. Bagaimana meningkatkan toleransi stress ?
Kita mengalahkan stress dengan cara
menyelesaikan problem stressor (hal yang membuat stress itu). Misalnya: kita
stress karena menderita suatu penyakit, maka kita menyelesaikan masalah dengan
berobat sehingga penyakit kita bisa sembuh. Atau bisa juga dengan mengusahakan
agar kita bisa menyesuaikan diri dengan situasi yang terjadi (apabila
situasinya sendiri tidak bisa dirubah). Pengertian lainnya adalah proses
mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan masalah berdasarkan
data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang cermat
dan akurat. Atau ketika kita mendapatkan masalah dan membuat kita stress, lebih
baik kita berdoa dan memohon petunjuk dari yang Maha Kuasa. Cara meningkatkan
toleransi stress yaitu meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stress
dan usaha untuk menghadapi stress tersebut dengan cara menghadapi penyebab
stress tersebut yang ditimbulkannya secara langsung.
REFERENSI :
Basuki, A.M. Heru. 2008. Psikologi Umum Seri Diktat Kuliah.
Jakarta: Gunadarma.