tulisan

Kamis, 02 Mei 2013

FENOMENA SOSIAL SEORANG HOMOSEKS (LESBIAN) BERKAITAN DENGAN PSIKOLOGI


Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Seorang individu akan memerlukan orang lain dalam menghabiskan sebagian besar masa hidupnya dengan berinteraksi dengan orang lain. Dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, individu harus memperhatikan tuntutan dan harapan sosial terhadap perilaku yang ia lakukan di lingkungan masyarakat tempat tinggalnya. Seorang individu harus membuat suatu kesepakatan atau kompromi antara kebutuhan atau keinginan dirinya dengan tuntutan dan harapan sosial yang ada sehingga seorang individu dapat merasakan kepuasan dalam hidupnya, hal ini dapat dilakukan dengan cara bila seorang individu ingin diterima dalam suatu masyarakat, maka dia harus bertingkah laku seperti yang masyarakat lakukan di tempat tinggalnya tersebut. Dengan kata lain, individu dituntut untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan sosialnya.
          Hubungan yang terjadi di masyarakat sekitar dapat berupa persahabatan, pertemanan, persaudaraan, bahkan permusuhan dan bahkan pula suatu hubungan yang dapat dikatan erat yaitu “pacaran”. Pacaran adalah suatu hubungan yang dijalani oleh kedua orang yaitu laki-laki dan perempuan yang saling mencintai dan menyayangi. Tetapi pada masyarakat saat ini sebuah pacaran itu tidak hanya untuk laki-laki dan perempuan saja. Banyak pada zaman sekarang ini seseorang yang LESBI, dahulu seseorang yang lesbi itu tertutup serta masih dapat di hitung dan lambat laun seseorang yang lesbi itu berkeliaran dimana-mana bahkan sudah tidak dapat terhitung lagi. Orientasi seksual seorang wanita pada umumnya adalah tertarik pada pria. Akan tetapi banyak juga wanita yang memiliki orientasi seksual menyimpang. Wanita tersebut bukannya tertarik pada pria melainkan tertarik kepada wanita juga. Hal ini biasa disebut sebagai lesbi. Penyebab wanita menjadi lesbi bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti disakiti atau trauma.
          Lesbianisme sendiri berasal dari kata Lesbos. Lesbos adalah sebutan bagi sebuah pulau ditengah Lautan Egeis, yang pada zaman kuno dihuni oleh para wanita (dalam Kartono, 1985). Homoseksualitas dikalangan wanita disebut dengan cinta yang lesbis atau lesbianisme. Memang, pada usia pubertas, dalam diri individu muncul predisposisi (pembawaan, kecenderungan) biseksuil, yaitu mencintai seorang teman puteri, sekaligus mencintai teman seorang pria.
Psikologi adalah salah satu disiplin pertama yang melakukan studi homoseksualitas sebagai sebuah fenomena. Sebelum dan selama sebagian besar abad ke-20, psikologi melihat homoseksualitas sebagai model perilaku yang patologis. Sebelum tahun 1970an, banyak penelitian psikologi menyimpulkan bahwa homoseksual merupakan perilaku yang abnormal. Sebagian besar subyek penelitian adalah laki-laki gay dan lesbian; subyek penelitian mayoritas diambil dari penjara, rumah sakit jiwa dan konsultasi psikolog. Penelitian ini banyak dikritik karena sampel yang diambil adalah subyek yang ‘tertekan’, orang-orang miskin, gaya hidup minoritas, dsb, bukan mewakili sebuah populasi.

REFERENSI :

PENYESUAIAN DIRI DAN STRESS


A. Penyesuaian diri

1.     Pengertian penyesuaian diri
Dalam kehidupan sehari-hari, penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu  yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan.

2.    Konsep penyesuaian diri
Penyesuaian diri adalah konsep yang di deskripsikan sebagai adaptasi dan mempertahankan eksistensinya atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, serta dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien.

3.    Pertumbuhan personal
a.    Penekanan pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.

b.    Variasi dalam pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya.

c.    Kondisi-kondisi untuk bertumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek berkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen. Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.

d.    Fenomenologi pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.”

B. Stress

1.     Pengertian stress, efek-efek stress “General adaption syndrom”, menurut Hans Selye ?
Stres menurut Hans Selye menyatakan bahwa stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stres mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami distres. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan psikis. Tidak semua bentuk stres mempunyaikonotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut dikatakan eustres.
GAS (General Adaptation Syndrom) merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respon yang terlibat didalam nya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin.
Terdapat 3 fase, yaitu :
·         Fase Alar (waspada)
·         Fase Resistance (melawan)
·         Fase Exhaustion (kelelahan)

2.    Faktor-faktor individual dan sosial yang menjadi penyebab stress

·         Faktor individual
Di saat seseorang menjumpai stresor dalam lingkungannya, ada dua karakteristik pada stresor tersebut yang akan mempengaruhi reaksinya terhadap stresor itu yaitu: Berapa lamanya (duration) ia harus menghadapi stresor itu dan berapa terduganya stresor itu (predictability). Atau contoh lain yang menyebabkan diri individu mengalami stress adalah suatu keadaan atau kondisi keluarga, seperti salah pola asuh, broken home, keadaan ekonomi yang rendah, serta kurangnya kecocokan dengan aturan keluarga atau di dalam rumah. Itu semua hanya sebagian kecil faktor individu yang menyebabkan stress.

·         Faktor sosial
Faktor sosial yang dimaksud disini adalah seperti hal-hal yang disebabkan karena bencana alam seperti : gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir, kebakaran, dan lain-lain. Karena sebab-sebab itulah biasanya individu tersebut merasakan goncangan yang sangat kuat. Apabila  individu tersebut tidak bisa terima dengan keadaan tersebut maka akan menyebabkan seseorang mengalami stress. Selain peristiwa penting, ternyata tugas rutin sehari-hari juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan depresi. Dukungan sosial turut mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi stres. Dukungan sosial mencakup: Dukungan emosional, seperti rasa dikasihi. Dukungan nyata, seperti bantuan atau jasa. Dan dukungan informasi, misalnya nasehat dan keterangan mengenai masalah tertentu.

3.    Tipe-tipe stress psikologi :
a.    Tekanan
Kita dapat mengalami tekanan dari dalam maupun luar diri, atau keduanya. Ambisi personal bersumber dari dalam, tetapi kadang dikuatkan oleh harapan-harapan dari pihak di luar diri. Contohnya, biasanya apa yang menjadi pandangan seorang anak terkadang bertentangan dengan pandangan orang tua, itu yang terkadang menjadi salah satu tekanan psikologis bagi seorang anak yang akan menimbulkan stress pada anak tersebut.

b.    Frustasi
Frustrasi terjadi ketika motif atau tujuan kita mengalami hambatan dalam pencapaiannya. Bila kita telah berjuang keras dan gagal, kita mengalami frustrasi. Bila kita dalam keadaan terdesak dan terburu-buru, kemudian terhambat untuk melakukan sesuatu misalnya jalanan macet kita juga dapat merasa frustrasi.

c.    Konflik
Konflik terjadi ketika kita berada di bawah tekanan untuk berespon simultan terhadap dua atau lebih kekuatan-kekuatan yang berlawanan. Perbedaan pendapat, perbedaan cara pandang bahkan perbedaan pandangan dalam mencapai suatu tujuan itu akan menimbulkan koflik. Biasanya tidak hanya konflik dengan diri sendiri, banyak juga konflik yang terjadi antar beberapa orang, kelompok, bahkan dalam suatu organisasi. Macam-macam konflik antara lain:
·         Konflik menjauh-menjauh: individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama tidak disukai. Misalnya seorang mahasiswa yang sangat malas kuliah, tetapi juga tidak ingin mendapat IPK buruk, apalagi sampai lulus tidak tepat waktu.
·         Konflik mendekat-mendekat: Individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama diinginkannya. Misalnya, ada suatu acara seminar sangat menarik untuk diikuti, tetapi pada saat sama juga ada film sangat menarik untuk ditonton.
·         Konflik mendekat-menjauh: Terjadi ketika individu terjerat dalam situasi di mana ia tertarik sekaligus ingin menghindar dari situasi tertentu. Ini adalah bentuk konflik yang paling sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus lebih sulit diselesaikan. Misalnya ketika sudah menikah, seorang pasangan berpikir tentang apakah akan segera memiliki anak atau tidak. Memiliki anak sangat diinginkan karena pasangan dapat belajar menjadi orang dewasa yang sungguh-sungguh bertanggungjawab atas makhluk kecil yang sepenuhnya tak berdaya. Di sisi lain, ada tuntutan finansial, waktu, kemungkinan kehadiran anak akan mengganggu relasi suami-istri, dan lain sebagainya.

d.    Kecemasan
Respon yang paling umum terhadap suatu stressor adalah kecemasan. Kecemasan adalah emosi tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan seperti: khawatir, prihatin, tegang, dan takut yang di alami oleh semua manusia tetapi dengan kadar dan tingkatan yang berbeda-beda. Orang yang mengalami peristiwa di luar rentang penderitaan manusia normal (misalnya bencana alam, pemerkosaan, dan penculikan) akan mengalami suatu kesimpulan gejala berat yang berkaitan dengan kecemasan dan dikenal sebagai gangguan stress pasca traumatik.

4.    Symtom reducing responses terhadap stress, mekanisme pertahanan diri dan strategi coping untuk mengatasi stress.
a.    Symptom reducing responses
Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada. Mekanisme pertahana diri (defense mechanism) yang biasa digunakan individu untuk dijadikan strategi saat menghadapi stress salah satunya adalah:
1.     Sublimasi, adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam   menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif.
2.    Proyeksi, adalah menerapkan dorongan-dorongan yang dimilikinya pada orang lain, karena dorongan-dorongan tersebut mengancam integritasnya.
3.    Rasionalisasi, adalah dua gagasan yang berbeda dijaga agar tetap terpisahkan karena bila terus bersama-sama akan mengancam.
4.    Kompensasi, adalah Seorang individu tidak memperoleh kepuasan di bidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang lain. Misalnya Adlan memiliki nilai jelek dalam bidang bahasa, namun prestasi keterampilan yang Adlan miliki sangatlah memuaskan.
5.    Overcompensation/ reaction formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan pertama.

b.    Mekanisme pertahanan diri
Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan (defense mechanism) untuk menyebutkan strategi yang tidak disadari, yang digunakan untuk mengatasi emosi negative. Strategi tersebut tidak mengubah situasi stress melainkan semata-mata bertujuan mengubah cara mengkhayati atau memikirkan situasi. Mekanisme pertahanan merupakan proses yang tidak disadari dan sebenarnya dilakukan secara tidak sadar namun apabila dilakukan secara ekstrim dapat menjadi strategi mengatasi masalah yang disadari namun bersifat maladaptive.

c.    Strategi coping
Strategi coping itu adalah kemampuan mengatasi masalah. Coping memiliki 2 bentuk utama:
1.     Strategi terfokus masalah
Yaitu upaya seseorang untuk memfokuskan perhatian pada masalah atau situasi spesifik yang telah terjadi, sambil mencoba menemukan cara untuk mengubahnya atau menghindarinya. Strategi yang dapat ditempuh untuk memecahkan masalah antara lain: menetukan masalahnya, mencari pemecahan alternative, menimbang-nimbang alternative tersebut, dan memilih salah satunya dan mengimplementasikannya.

2.    Strategi terfokus emosi
Yaitu upaya untuk mencegah emosi negative menguasai diri seseorang atau mencegah emosi negatif menguasai diri seseorang atau mencegah terjadinya masalah yang tidak dapat dikendalikan.

5.    Pendekatan problem solving terhadap stress. Bagaimana meningkatkan toleransi stress ?
Kita mengalahkan stress dengan cara menyelesaikan problem stressor (hal yang membuat stress itu). Misalnya: kita stress karena menderita suatu penyakit, maka kita menyelesaikan masalah dengan berobat sehingga penyakit kita bisa sembuh. Atau bisa juga dengan mengusahakan agar kita bisa menyesuaikan diri dengan situasi yang terjadi (apabila situasinya sendiri tidak bisa dirubah). Pengertian lainnya adalah proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan masalah berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang cermat dan akurat. Atau ketika kita mendapatkan masalah dan membuat kita stress, lebih baik kita berdoa dan memohon petunjuk dari yang Maha Kuasa. Cara meningkatkan toleransi stress yaitu meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stress dan usaha untuk menghadapi stress tersebut dengan cara menghadapi penyebab stress tersebut yang ditimbulkannya secara langsung.


REFERENSI :
Basuki, A.M. Heru. 2008. Psikologi Umum Seri Diktat Kuliah. Jakarta: Gunadarma.